Selasa, 01 Mei 2012


Zainab binti Jahs[1]
Oleh Fahmi Suhudi
A.    Sekilas tentang Zainab
      Nama lengkapnya Zainab bint Jahs bin Ri’ab bin ya’mar al- Asadiyah lahir pada tahun 590 M/ 33 sebelum Hijrah dan wafat pada tahun 20 H / 641 M, pendapat ini juga diperkuat oleh al-Waqidi yaitu tepatnya pada era khalifah Umar bin Khattab . Terlahir di dalam keluarga yang terpandang, zainab merupakan keturunan pemimpin qurays dari suku Asad sehingga terkadang dipangiil Zainab al-Asadiyah. sebelumnya dia memiliki nama barrah dan akhirnya diberikan nama oleh Rasulullah dengan Zainab.  Dia adalah saudara bagi hamnah dan Abu Ahmad. Zainab pun  termasuk orang-orang yang melakukan hijrah yang pertama.
      Zainab masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw. ibunya bernama Umaimah binti Abdul mutthalib bin Hasyim yang juga bibi bagi rasulullah.  Zainab merupakan keturunan syarif ( kalangan ningrat nan mulia ) namun itu semua tidak membuatnya menjadi sombong. Dia juga merupakan wanita shaleh yang banyak berpuasa, wara’ , bangun malam dan sangat derma terhadap kaum fakir miskin- sebagaimana yang ditulis oleh Fathullah Gulen.
Read more....
B.     Pernikahan Zainab
            Bagian menyejarah yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Zainab adalah pernikahannya dengan Zayd. Pada awalnya Rasulullah memberi tahu kepada orang tua Zainab bahwa dia ingin menikahkannya dengan Zayd. Dimana Zayd merupakan putra angkatnya Mutabbana Muhammad saw. Namun orang tua Zainab tidak menginginkan putrinya nikah dengan Zayd, ini dilatar belakangi karna Zayd adalah orang hitam dan putra mantan budak yaitu Haritsah. Bahkan keinginan keluarga Zainab bertolak belakang dengan keinginan Nabi, mereka malah menginginkan agar Rasulullah menikahi Zainab. Namun mengingat dan menyadari bahwa itu merupakan permintaan rasul, keluarga Zainab akhirnya menyetujuinya.
            Setelah hidup bersama Zainab, Zayd merasakan tidak kecocokan dengannya. Meski keduanya tidak mencela dan menghina antara satu dengan yang lainnya – bahkan kalau boleh mengatakan bahwa keduanya merupakan orang-orang yang shaleh yang sangat berhati-hati dalam masalah agama.
            Zayd tidak merasakan kecocokan antara dirinya dengan zainab, dan meminta pandangan Rasulullah atas masalah internal keluraganya. Tapi Rasulullah meminta agar Zayd tetap menahan Zainab ( tidak menceraikan istrinya tersebut ) serta tetap bertakwa kepada Allah. kemudian datanglah perintah Allah kepada Muhammad saw untuk menikahi Zainab. Pernikahan ini terjadi pada tahun ke-5 hijrah, sebagaimana pendapat al-Waqidhi dan sebagian sarjana hadits , namun terdapat riwayat mengatakan pada tahun ke 3 ini pendapat Abu ‘Amar, ‘Ubaidah Ma’mar. Peristiwa ini dinyatakan dalam firman Ilahi dalam surat al-Ahzab ayat 37.         
            Qadhi ‘Iyadh mengomentari ayat diatas sebagaimana  yang dikutip oleh  Dr. Aisyah Abdul Rahman al ma’ruf bi  ( masyhur dipanggil ) Binti Syati’  dalam bukunya Tarâjum Sayyidât Bait an-Nubuwwah bahwa perintah nabi agar Zayd menahan istrinya sementara dia lebih menyukai untuk menceraikan Zainab. Dalam permasalahan ini penafsiran yang paling kuat apa yang berasal dari kalangan ulama tafsir yang bersumber dari Ali bin Husein, Allah memberi tahu kepada nabi Muhammad bahwa zainab akan menjadi istrinya. Maka ketika Zayd mengadu tentang keinginannnya untuk menceraikan Zainab, maka kemudian Rasulullah memerintahkan agar Zayd tidak menceraikannya dan tetap bertakwa kepada Allah.   
C.     Zainab dalam kitab Hadits 
Para ulama hadits sepakat menyatakan bahwa Zainab adalah shahabiah dan digelari Ummul Mu’minin. Adapun hadits-hadits nabi yang berasal dari Zainab termaktub didalam kutub as-sittah. Dan diantara orang yang mengambil hadits dari Zainab adalah Ummu habibah yang juga merupakan istri Rasul, dan Zainab binti Abi Salamah dan Muhammad bin Abdullah bin jahaz.
Al-Kalabadzi dalam kitabnya al-Hidayah wal Irsyad fi Ma’rifati ahli al-Tsiqqat wa al-Saddad bahwa Zainab mengambil hadits nabi dari Zainab tentang awal penciptaan, fitnah-fitnah, jenazah dan thalaq. Dalam kitab al-A’lam, az-Zarkali menyatakan bahwa Zainab meriwayatkan 11 hadits nabi. Meski az- Zarkali tidak menjelaskan secara detail hadits-hadits tersebut, namun dapat dikatakan bahwa penelitian az-Zarkaly ini dapat memperkuat pendapat al-Kalabadzi diatas.   
Imam al-Bukhari sendiri memiliki riwayat tentang Zainab, dimana Zainab berkata tentang pernikahannya dengan Rasul ‘ Allah swt menikahkanku dilangit ‘.   
Ummul Mu’minin yang satu ini sudah barang tentu memiliki karakteristik sendiri yang tidak dimiliki oleh istri-istri nabi yang lainnya.  meski jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Zainab tak sebanyak yang diriwayatkan oleh A’isyah yang mencapai 1389 hadits, namun itu tidak mengurangi sisi kemulian dan derajatnya sebagai satu diantara Nisa an-Nabi ( istri nabi).  



[1] Tulisan ini dibuat untuk buletin Hadits[ah] Antabena 2010 - Darussunnah International Institute for Hadith Sciences

Tidak ada komentar:

Posting Komentar