Zainab binti Jahs[1]
Oleh Fahmi Suhudi
A.
Sekilas tentang
Zainab
Nama
lengkapnya Zainab bint Jahs bin Ri’ab bin ya’mar al- Asadiyah lahir pada tahun
590 M/ 33 sebelum Hijrah dan wafat pada tahun 20 H / 641 M, pendapat ini juga
diperkuat oleh al-Waqidi yaitu tepatnya pada era khalifah Umar bin Khattab . Terlahir
di dalam keluarga yang terpandang, zainab merupakan keturunan pemimpin qurays dari
suku Asad sehingga terkadang dipangiil Zainab al-Asadiyah. sebelumnya dia
memiliki nama barrah dan akhirnya diberikan nama oleh Rasulullah dengan Zainab.
Dia adalah saudara bagi hamnah dan Abu
Ahmad. Zainab pun termasuk orang-orang
yang melakukan hijrah yang pertama.
Zainab masih
memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah saw. ibunya bernama Umaimah
binti Abdul mutthalib bin Hasyim yang juga bibi bagi rasulullah. Zainab merupakan keturunan syarif (
kalangan ningrat nan mulia ) namun itu semua tidak membuatnya menjadi sombong.
Dia juga merupakan wanita shaleh yang banyak berpuasa, wara’ , bangun malam dan
sangat derma terhadap kaum fakir miskin- sebagaimana yang ditulis oleh Fathullah
Gulen.
B.
Pernikahan
Zainab
Bagian menyejarah yang
tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Zainab adalah pernikahannya dengan Zayd.
Pada awalnya Rasulullah memberi tahu kepada orang tua Zainab bahwa dia ingin
menikahkannya dengan Zayd. Dimana Zayd merupakan putra angkatnya Mutabbana Muhammad
saw. Namun orang tua Zainab tidak menginginkan putrinya nikah dengan Zayd, ini
dilatar belakangi karna Zayd adalah orang hitam dan putra mantan budak yaitu Haritsah.
Bahkan keinginan keluarga Zainab bertolak belakang dengan keinginan Nabi,
mereka malah menginginkan agar Rasulullah menikahi Zainab. Namun mengingat dan menyadari
bahwa itu merupakan permintaan rasul, keluarga Zainab akhirnya menyetujuinya.
Setelah hidup bersama
Zainab, Zayd merasakan tidak kecocokan dengannya. Meski keduanya tidak mencela
dan menghina antara satu dengan yang lainnya – bahkan kalau boleh mengatakan
bahwa keduanya merupakan orang-orang yang shaleh yang sangat berhati-hati dalam
masalah agama.
Zayd tidak merasakan
kecocokan antara dirinya dengan zainab, dan meminta pandangan Rasulullah atas
masalah internal keluraganya. Tapi Rasulullah meminta agar Zayd tetap menahan
Zainab ( tidak menceraikan istrinya tersebut ) serta tetap bertakwa kepada
Allah. kemudian datanglah perintah Allah kepada Muhammad saw untuk menikahi
Zainab. Pernikahan ini terjadi pada tahun ke-5 hijrah, sebagaimana pendapat
al-Waqidhi dan sebagian sarjana hadits , namun terdapat riwayat mengatakan pada
tahun ke 3 ini pendapat Abu ‘Amar, ‘Ubaidah Ma’mar. Peristiwa ini dinyatakan dalam
firman Ilahi dalam surat al-Ahzab ayat 37.
Qadhi ‘Iyadh mengomentari
ayat diatas sebagaimana yang dikutip
oleh Dr. Aisyah Abdul Rahman al
ma’ruf bi ( masyhur dipanggil ) Binti
Syati’ dalam bukunya Tarâjum Sayyidât
Bait an-Nubuwwah bahwa perintah nabi agar Zayd menahan istrinya sementara
dia lebih menyukai untuk menceraikan Zainab. Dalam permasalahan ini penafsiran yang
paling kuat apa yang berasal dari kalangan ulama tafsir yang bersumber dari Ali
bin Husein, Allah memberi tahu kepada nabi Muhammad bahwa zainab akan menjadi
istrinya. Maka ketika Zayd mengadu tentang keinginannnya untuk menceraikan
Zainab, maka kemudian Rasulullah memerintahkan agar Zayd tidak menceraikannya
dan tetap bertakwa kepada Allah.
C.
Zainab dalam kitab
Hadits
Para ulama hadits sepakat menyatakan bahwa Zainab adalah shahabiah
dan digelari Ummul Mu’minin. Adapun hadits-hadits nabi yang berasal dari
Zainab termaktub didalam kutub as-sittah. Dan diantara orang yang
mengambil hadits dari Zainab adalah Ummu habibah yang juga merupakan istri
Rasul, dan Zainab binti Abi Salamah dan Muhammad bin Abdullah bin jahaz.
Al-Kalabadzi dalam kitabnya al-Hidayah wal Irsyad fi Ma’rifati ahli
al-Tsiqqat wa al-Saddad bahwa Zainab mengambil hadits nabi dari Zainab
tentang awal penciptaan, fitnah-fitnah, jenazah dan thalaq. Dalam kitab al-A’lam,
az-Zarkali menyatakan bahwa Zainab meriwayatkan 11 hadits nabi. Meski az-
Zarkali tidak menjelaskan secara detail hadits-hadits tersebut, namun dapat dikatakan
bahwa penelitian az-Zarkaly ini dapat memperkuat pendapat al-Kalabadzi diatas.
Imam al-Bukhari sendiri memiliki riwayat tentang Zainab, dimana Zainab
berkata tentang pernikahannya dengan Rasul ‘ Allah swt menikahkanku dilangit ‘.
Ummul Mu’minin yang satu ini sudah barang tentu memiliki karakteristik
sendiri yang tidak dimiliki oleh istri-istri nabi yang lainnya. meski jumlah hadits yang diriwayatkan oleh
Zainab tak sebanyak yang diriwayatkan oleh A’isyah yang mencapai 1389 hadits, namun
itu tidak mengurangi sisi kemulian dan derajatnya sebagai satu diantara Nisa
an-Nabi ( istri nabi).
[1] Tulisan ini dibuat untuk
buletin Hadits[ah] Antabena 2010 - Darussunnah International Institute for
Hadith Sciences
Tidak ada komentar:
Posting Komentar